SlideShow

Selasa, 02 Mei 2017

Pertambangan Timah



Rehabilitasi Lahan Mangrove dengan Pola Silvofishery pada Kawasan Mangrove Pertambangan Timah Lepas Pantai
(Studi Kasus Pertambangan Timah Lepas Pantai  Desa Tambang 2 Kec. Toboali, Bangka Selatan)

Ricca Affressia, S. Hut., M.Sc (Alumnus Master Of Forestry Universitas Gadjah Mada Yogyakarta)

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir yang mempunyai fungsi sebagai penyangga antara ekosistem daratan dan lautan. Ekosistem  mangrove sangat kaya akan unsur hara baik berasal dari luar maupun dari dalam ekosistem tersebut. Secara eksternal ekosistem mangrove mendapat suplai unsur dari daratan melalui daerah aliran sungai dan unsur hara dari lautan melalui air pasang. Sedangkan secara internal ekosistem mangrove sebagai penghasil unsur yang paling besar diantara ekosistem pesisir lainnya seperti estuaria, padang lamun dan terumbu karang  (Dahuri et al., 1996).

Pertambangan Timah
Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannya. Kondisi hutan mangrove pada umumnya memiliki tekanan berat sebagai akibat dari tekanan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Selain dirambah dan dialihfungsikan, kawasan mangrove dibeberapa daerah kini marak terjadi kegiatan restorasi dan rehabilitasi. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memulihkan kondisi ekosistem mangrove yang telah rusak agar ekosistem mangrove dapat menjalankan kembali fungsinya dengan baik. Upaya rehabilitasi harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang berhubungan dengan kawasan mangrove (Novianty., dkk. 2004).


Bagaimana bentuk rehabilitasi mangrove yang layak diaplikasikan untuk kasus pertambangan timah lepas pantai yang marak di pulau Bangka khusunya kawasan mangrove pantai Tambang 2 Desa Kepoh Kecamtan Toboali?

Pertambangan timah lepas pantai khusunya di Desa Kepoh, Kecamatan Toboali, Bangka Selatan sudah sangat memperihatinkan. (Affressia, R. 2016) menyatakan, hal  ini dapat dilihat dari adanya jenis mangrove Ceriop  sp.  yang merupakan salah satu jenis indikator secara ekologis dapat beradaptasi pada lingkungan  tercemar, serta hasil kerapatan jenis mangrove di lokasi pertambangan masuk di dalam kategori jarang (<1000 ind/ha) menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004 bahwa kriteria baku mutu kerapatan mangrove.

Silvofishery model komplangan
Salah satu model pengelolaan ekosistem mangrove untuk mengembalikan fungsinya sebagai penyangga ekosistem daratan dan lautan adalah silvofihery yaitu suatu model pengelolaan yang mensinergikan antara aspek ekologi dan aspek ekonomi. (Sambu, A.H., et al.) menyatakan berdasarkan hasil kajian ekologi dan ekonomi, rasio yang optimum antara area mangrove dan tambak yaitu 40% mangrove dan 60% tambak dengan desain tambak silvofihery model komplangan disempurnakan yang dilengkapi parit silang menyilang pada petakan area mangrove, sehingga area mangrove ini akan berfungsi sebagai: pusat sirkulasi air, pusat biofiter, pusat siklus nutrien, dan pusat biodiversiti, dan hasil kajian ekologi dan ekonomi menunjukkan bahwa sistem budidaya yang ideal diterapkan pada tambak silvofihery adalah budidaya polikultur udang, ikan dan rumput laut, karena sistem ini bersifat adaptif dan ramah lingkungan.

Rekomendasi :
1.  Kondisi luasan hutan mangrove yang mengalami kerusakan di kawasan tersebut belum   terpetakan.
2.  Pola penyediaan media perlu di teliti mengingat kondisi perairan dan lumpur di wialayah tersebut sudah tercemar.
3.   Koordinasi dengan Nelayan di wilayah tersebut. Sehingga adanya pemeliharaan lokasi tambak khususnya Mangrove oleh Masyarakat dan peningkatan ekonomi Nelayan.
4.      Monitoring dari pihak Instansi Terkait.





Daftar Pustaka

Affressia,R., (2016). Karakteristik Habitat Mangrove Alami Dan Di Sekitar Pertambangan Timah Lepas Pantai  Kabupaten Bangka Selatan. Tesis. Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J., (1996). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : Pradnya Paramita.

Novianty, R., Sukaya, S dan Donny, J. (2004). Identivfikasi Kerusakan Dan Upaya Rehabilitasi Ekosistem Mangrove Di Pantai Utara Kabupaten Subang. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Sambu AH, Damar A, Bengen DG, Yulianda F. (2013). Desain tambak silvofishery ramah lingkungan berbasis daya dukung: Studi kasus Kelurahan Samataring, Kabupaten Sinjai. Jurnal Segara 9 ( 2 ): 157-165.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar