(Studi
Kasus Pertambangan Timah Lepas Pantai
Desa Tambang 2 Kec. Toboali, Bangka
Selatan)
Ricca Affressia, S. Hut., M.Sc (Alumnus Master Of Forestry Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta)
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem wilayah
pesisir yang mempunyai fungsi sebagai penyangga antara ekosistem daratan dan
lautan. Ekosistem mangrove sangat kaya
akan unsur hara baik berasal dari luar maupun dari dalam ekosistem tersebut.
Secara eksternal ekosistem mangrove mendapat suplai unsur dari daratan melalui
daerah aliran sungai dan unsur hara dari lautan melalui air pasang. Sedangkan
secara internal ekosistem mangrove sebagai penghasil unsur yang paling besar
diantara ekosistem pesisir lainnya seperti estuaria, padang lamun dan terumbu
karang (Dahuri et al., 1996).
Pertambangan Timah |
Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang
tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam
mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannya. Kondisi hutan mangrove pada
umumnya memiliki tekanan berat sebagai akibat dari tekanan krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Selain dirambah dan dialihfungsikan, kawasan mangrove
dibeberapa daerah kini marak terjadi kegiatan restorasi dan rehabilitasi.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk memulihkan kondisi ekosistem mangrove yang
telah rusak agar ekosistem mangrove dapat menjalankan kembali fungsinya dengan
baik. Upaya rehabilitasi harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang
berhubungan dengan kawasan mangrove (Novianty., dkk. 2004).
Bagaimana bentuk rehabilitasi mangrove yang layak
diaplikasikan untuk kasus pertambangan timah lepas pantai yang marak di pulau
Bangka khusunya kawasan mangrove pantai Tambang 2 Desa Kepoh Kecamtan Toboali?
Pertambangan timah lepas pantai khusunya di Desa Kepoh,
Kecamatan Toboali, Bangka Selatan sudah sangat memperihatinkan. (Affressia, R.
2016) menyatakan, hal ini dapat dilihat
dari adanya jenis mangrove Ceriop sp. yang merupakan salah satu jenis indikator
secara ekologis dapat beradaptasi pada lingkungan tercemar, serta hasil kerapatan jenis
mangrove di lokasi pertambangan masuk di dalam kategori jarang (<1000
ind/ha) menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 201 Tahun 2004 bahwa kriteria baku mutu kerapatan mangrove.
![]() |
Silvofishery model komplangan |
Salah satu model pengelolaan ekosistem mangrove untuk mengembalikan
fungsinya sebagai penyangga ekosistem daratan dan lautan adalah silvofihery yaitu
suatu model pengelolaan yang mensinergikan antara aspek ekologi dan aspek
ekonomi. (Sambu, A.H., et al.) menyatakan
berdasarkan hasil kajian ekologi dan ekonomi, rasio yang optimum antara
area mangrove dan tambak yaitu 40% mangrove dan 60% tambak dengan
desain tambak silvofihery model
komplangan disempurnakan yang dilengkapi parit silang menyilang pada
petakan area mangrove, sehingga area mangrove ini akan berfungsi
sebagai: pusat sirkulasi air, pusat biofiter, pusat siklus nutrien, dan pusat
biodiversiti, dan hasil kajian ekologi dan ekonomi menunjukkan bahwa sistem
budidaya yang ideal diterapkan pada tambak silvofihery adalah budidaya polikultur udang, ikan dan rumput laut,
karena sistem ini bersifat adaptif dan ramah lingkungan.
Rekomendasi :
1. Kondisi luasan hutan mangrove yang mengalami kerusakan di
kawasan tersebut belum terpetakan.
2. Pola penyediaan media perlu di teliti mengingat kondisi
perairan dan lumpur di wialayah tersebut sudah tercemar.
3. Koordinasi dengan Nelayan di wilayah tersebut. Sehingga
adanya pemeliharaan lokasi tambak khususnya Mangrove oleh Masyarakat dan
peningkatan ekonomi Nelayan.
4. Monitoring dari pihak Instansi Terkait.
Daftar Pustaka
Affressia,R., (2016). Karakteristik Habitat Mangrove Alami Dan Di Sekitar Pertambangan Timah
Lepas Pantai Kabupaten Bangka Selatan.
Tesis. Sekolah Pascasarjana Program Studi
Ilmu Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., dan
Sitepu, M.J., (1996). Pengelolaan Sumber
Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : Pradnya Paramita.
Novianty, R., Sukaya, S dan
Donny, J. (2004). Identivfikasi Kerusakan
Dan Upaya Rehabilitasi Ekosistem Mangrove Di Pantai Utara Kabupaten Subang.
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sambu AH, Damar A, Bengen DG, Yulianda F. (2013).
Desain tambak silvofishery ramah
lingkungan berbasis daya dukung: Studi kasus Kelurahan Samataring, Kabupaten
Sinjai. Jurnal Segara 9 ( 2 ): 157-165.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar